TEORI BELAJAR

 Portofolio Ke-4

 

Teori dan Strategi Pembelajaran Vokasi

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Muchlas, M.T.

 

Penyusun : Kartikaningsih (2308049030)

Portofolio KE-4

 

Melalui kuliah ini saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang:

 

TEORI BELAJAR

 

Filosofi Pendidikan Kontemporer

Suatu model pembelajaran, secara hirarkis merupakan derivat dari kurikulum yang disusun berlandasakan hasil-hasil pembaharuan (reform) terkini dalam bidang pendidikan.  Oleh sebab itu, pembahasan landasan filosofi dari model pembelajaran PTK ini, akan lebih bermakna jika diawali dengan pembahasan tentang filosofi pendidikan yang mendasari penyusunan kurikulum.

Filosofi pendidikan  memegang peranan yang sangat penting dalam suatu pengembangan kurikulum. Filosofi pendidikan bagi perancang kurikulum merefleksikan pengalaman hidup, pikiran, latar belakang sosial dan ekonomi, pendidikan dan pandangannya tentang manusia. Salah satu fungsi dari filosofi pendidikan sebagai basis dari langkah awal pengembangan kurikulum. Pandangan filosofi yang dianut oleh perancang kurikulum sangat mempengaruhi orientasi dan karakter dari kurikulum yang dibangunnya.

Mainstream Filosofi Pendidikan

Terdapat empat aliran utama dalam filosofi pendidikan yakni perennialism, essentialism, progressivism dan reconstructionism  (McCutcheon: 1995: 15) .

1.      Filosofi Pendidikan Perennialism

Perennialism menggunakan basis filosofi realism dengan tujuan mendidik orang agar dapat berpikir rasional dan dapat mengolah intelektualitasnya. Menurut filosofi ini, pengetahuan merupakan faktafakta yang bersifat permanen/abadi, dan berpusat pada studi masa lalu. Filosofi ini memandang bahwa guru harus membantu siswa berpikir rasional, berinteraksi menggunakan metode Sokratesdan oral serta memberikan pengajaran secara eksplisit untuk nilainilai tradisional. Kurikulum yang dihasilkan dengan landasan ini memiliki orientasi klasikal, analisis teks, dan konstan.

2.      Filosofi Pendidikan Essentialism

Essentialism menggunakan basis filosofi idealism dan realismserta bertujuan mendorong pertumbuhan intelektual ke arah tercapainya kompetensi seseorang. Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang disampaikan berupa keterampilan pokok dan halhal yang bersifat akademik, serta menekankan pada penguasaan konsep dan prinsip dari materi yang dipelajari.

Filosofi Pendidikan Essentialism dalam aturan mengajar, filosofi ini berpandangan bahwa guru adalah pemegang otoritas dalam bidangnya dan pengajaran nilai-nilai tradisional dilakukan secara eksplisit. Kurikulum yang dihasilkan melalui landasan filosofi ini berorientasi pada pembentukan keterampilan dan pencapaian terhadap pelajaran pokok (bahasa, aritmetika, sains, dan sejarah).

 

3.      Filosofi Pendidikan Progressivism

Progressivism merupakan filosofi dengan dasar pragmatism, yang memiliki tujuan mendorong kehidupan sosial yang demokratis. Filosofi ini berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh:

a.          Digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa;

b.         Merupakan keterampilan proses belajar hidup; dan

c.          Merupakan hasil dari  proses belajar aktif.

Dalam filosofi ini, guru merupakan pemandu dalam penyelesaian masalah dan proses penyelidikan (inkuiri) ilmiah. Kurikulum yang dihasilkan melalui dasar ini, berfokus pada minat siswa, melibatkan urusan dan masalah-masalah manusia, melibatkan pelajaranpelajaran pokok yang bersifat interdisipliner dan menggunakan proyek sebagai bentuk aktivitas belajar.

 

4.      Filosofi Pendidikan Reconstructionism

Reconstructionism adalah filosofi pendidikan dengan dasar pragmatism yang bertujuan memperbaiki dan merekonstruksi masyarakat untuk perubahan dan pembaharuan sosial. Dalam pandangan filosofi ini, pengetahuan yang diperoleh merupakan keterampilan-keterampilan dan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat.

Filosofi ini juga berpandangan bahwa belajar adalah proses aktif  yang peduli terhadap masyarakat terkini dan masa depan. Dalam pengajaran, paham ini berpandangan bahwa guru adalah agen perubahan dan pembaharuan, bertindak sebagai pengarah dalam proyek-proyek siswa dan sekaligus sebagai leader dalam kegiatan penelitian bersama, membantu siswa membangkitkan kepedulian terhadap problem-problem yang dihadapi manusia. Kurikulum yang dihasilkan melalui landasan ini menekankan pada ilmu sosial dan metode penelitian sosial; penilaian masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik; berpusat pada trendsekarang dan masa depan; serta masalah-masalah rasional dan internasional.

 

Pengajajaran Kontemporer

      Penggunaan filosofi pendidikan kontemporer sebagai landasan pengembangan kurikulum modern akan menuntut perlunya pengembangan model-model pengajaran kontemporer. Joyce, Weil & Calhoun (2008: 25) membagi modelmodel pengajaran kontemporer ke dalam empat kategori yakni pemrosesan informasi, sosial, personal, dan sistem perilaku.

Model-model pengajaran dalam kategori pemrosesan informasi meliputi: berpikir induktif (inductive thinking), pencapaian konsep (concept attainment),the picture-word inductive model atau PWIM, inkuiri ilmiah (scientific inquiry), pelatihan inkuiri (inquiry training), mnemonics, synectics dan advance organizers. Untuk kategori sosial, model-model pengajaran yang terkandung di dalamnya meliputi:

a.       Pasangan dalam belajar (partner in learning) yang terdiri atas ketergantungan positif (positive interdependence) dan inkuiri terstruktur 

b.      Investigasi kelompok

c.       Bermain peran dan

d.      Inkuiri yurisprudensi.

 

Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu teori belajar di Indonesia. Aliran behavioristik (behaviorisme) yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7).

Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). Oleh karena teori ini berawal dari adanya percobaan sang tokoh behavioristik terhadap binatang, maka dalam konteks pembelajaran ada 5 beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan. Menurut Mukinan (1997: 23), beberapa prinsip tersebut adalah:

 1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.

2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.

3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif) ditambah.

TEORI KOGNITIVISME

Kognitivisme adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan komprehensif. Diantara tokoh-tokoh aliran teori kognitivisme adalah J. Piaget dan Jerome S. Brunner.

Teori belajar kognitif difungsikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kecil dan besar dalam belajar, seperti menghafal dan menganalisis. Dengan demikian, secara umum teori belajar memiliki prinsip, yakni: Aktivitas belajar merupakan perubahan pada sistem mental individu (perilaku). Belajar merupakan aktivitas untuk menguasai materi dari catatan. Lebih fokus pada proses daripada hasil. Sudut pandang (persepsi) adalah perangkat yang paling berperan dalam tindakan seseorang. Belajar merupakan aktivitas private yang meliputi pengumpulan data, menghafal, memahami data dan sebagainnya.

Kegiatan belajar adalah rangkaian berpikir kompleks. Dalam rangkaian belajar sebaiknya tersusun berdasarkan dari urutan yang paling simpel hingga paling rumit (kompleks). Hal paling esensial dalam pembelajaran adalah pada keaktifan guru dan inisiatif siswa dalam belajar mandiri. Guru harus memahami latar belakang siswa yang berbeda-beda karena akan sangat menentukan dalam langkah selanjutnya.

Penerapan Teori Belajar Kognitif Terdapat berbagai contoh kegiatan yang bisa dilakukan guru bila ingin menerapkan pembelajaran kognitif antara lain: Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan pertanyaan.  Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan cara berpikir kritis. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa terhubung. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi dan permainan dalam menyampaikan materi.

Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut meningkat.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori belajar konstruktivisme. Hill memberikan pengertian bahwa teori belajar konstruktivisme adalah tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang. Shymansky mengatakan bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan aktivitas yang aktif, ketika siswa melatih sendiri pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.

Ahli lainnya yang turut memberikan pengertian tentang teori belajar ini adalah Karli dan Margareta. Menurut mereka teori belajar konstruktivisme adalah sebuah proses belajar yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa lewat pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan Samsul Hadi berpendapat bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya modern.

Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget menekankan bahwa kecerdasan berasal dari proses mengorganisasikan (organizing) dan mengadaptasi (adaption). Pengorganisasian diartikan sebagai  kecenderungan setiap anak untuk mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan (Simatwa, 2010). Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi (adaption) sebagai  kecenderungan bawaan dari seorang anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Dan interaksi-interaksi tersebut akan menumbuhkan perkembangan dari organisasi mental yang kompleks secara progresif.

Menurut Baharuddin (2008), proses adaptasi merupakan proses yang berisi dua kegiatan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang membuat seseorang mampu mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus sehingga setiap orang selalu mengembangkan proses ini (Suparno, 2012).

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar konstruktivisme

1.         Guru Pintar harus mampu membentuk pemikiran siswa bahwa bekerja secara mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.

2.         Mengembangkan kegiatan inkuiri di semua topik pembelajaran.

3.         Memunculkan rasa keingintahuan siswa terhadap suatu permasalahan melalui bertanya.

4.         Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok tertentu.

5.         Bagaimana Guru Pintar, sudah siapkah menerapkan pembelajaran konstruktivisme di kelas?

 

Referensi :

1.      Materi pertemuan-4 Teori dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Dosen             Pengampu Dr. Muchlas, M.T.

2.      https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/15492

3.   https://katadata.co.id/lifestyle/edukasi/6486cff2ab093/pengertian-prinsip-dan-contoh-penerapan-teori-    belajar-kognitif?page=2

4.      https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/teori-belajar-konstruktivisme

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip-prinsip Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Model Instruksional Dick dan Carey

Sistem Pendidikan Vokasi di Inggris