PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) DALAM PROSES PEMBELAJARAN VOKASI
Tugas Mata Kuliah Teori Dan Strategi Pendidikan
Portofolio Ke-11_Kartikaningsih_2308049030
PENDAYAGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI (TI) DALAM PROSES PEMBELAJARAN VOKASI
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer yaitu: (i) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (ii) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (iii) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogianya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.
Keberadaan teknologi informasi bagi
dunia pendidikan berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai
untuk menyiarkan program pembelajaran baik secara searah maupun secara
interaktif. Pemanfaatan teknologi informasi ini penting mengingat kondisi
geografis Indonesia secara umum berada pada daerah pegunungan yang terpencar ke
dalam banyak pulau-pulau. Dengan adanya teknologi informasi memungkinkan
diselenggarakannya pendidikan jarak jauh, sehingga memungkinkan terjadinya
pemerataan pendidikan di seluruh wilayah bumi Indonesia, baik yang sudah dapat
dijangkau transportasi darat maupun yang belum dapat dijangkau dengan
transportasi darat. Dengan demikian pemanfaatan teknologi informasi dalam
pendidikan mempunyai arti penting terutama dalam rangka pemerataan pendidikan
dan peningkatan kualitas serta efektifitas penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia.
Pendayagunaan teknologi informasi
dalam proses pembelajaran vokasi telah mengubah lanskap pendidikan dengan cara
yang signifikan. Integrasi teknologi informasi seperti aplikasi mobile,
platform pembelajaran online, dan simulasi digital telah memungkinkan para
siswa vokasi untuk mengakses konten pembelajaran yang lebih interaktif dan
relevan dengan kebutuhan industri. Dengan adanya teknologi ini, siswa dapat
belajar secara mandiri, mengakses sumber daya pembelajaran global, dan
melakukan praktik langsung melalui simulasi yang mendekati situasi nyata di
lapangan.
Selain itu, teknologi informasi juga
memfasilitasi kolaborasi antara siswa, guru, dan praktisi industri dalam
mendesain kurikulum yang responsif terhadap perkembangan terbaru di dunia
kerja. Melalui platform online dan media sosial, siswa vokasi dapat terhubung
dengan komunitas profesional, berbagi pengalaman, serta membangun jejaring yang
berpotensi untuk membuka peluang kerja dan pengembangan karir di masa depan.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran vokasi juga memungkinkan
evaluasi pembelajaran yang lebih terukur dan detail. Dengan sistem manajemen
pembelajaran (LMS), guru dapat melacak kemajuan individu siswa secara lebih
efektif, memberikan umpan balik yang lebih cepat, dan merancang strategi
pembelajaran yang lebih personal dan adaptif. Secara keseluruhan,
pendayagunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran vokasi tidak hanya
meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, tetapi juga mempersiapkan
siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja modern yang semakin terhubung dan
digital. Transformasi ini mendorong adopsi inovasi, kreativitas, serta
keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam karir yang beragam dan dinamis
di era digital saat ini dan masa depan.
Strategi yang tepat untuk
pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran akan sangat membantu siswa dan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terlebih pada pendidikan kejuruan saat ini
memerlukan dukungan dari teknologi digital untuk dapat memenuhi kompetensi
lulusan yang dibutuhkan oleh industri. Penerapan teknologi IoT dapat dilakukan
dalam berbagai aspek pendidikan kejuruan, seperti pengembangan keterampilan
praktis, pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan pengembangan
keterampilan sosial. Contoh penerapan teknologi IoT dalam pendidikan kejuruan
adalah dengan mengintegrasikan teknologi IoT dalam pengelolaan laboratorium dan
peralatan praktikum. Teknologi IoT dapat digunakan untuk memantau dan
mengendalikan mesin dan peralatan industri secara otomatis, sehingga
memungkinkan siswa untuk mempelajari keterampilan praktis dalam lingkungan
simulasi yang lebih realistis. Selain itu, teknologi IoT juga dapat digunakan
untuk memantau kinerja siswa secara real-time, sehingga guru dapat memberikan
umpan balik yang tepat waktu dan membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan
mereka.
Permintaan industri yang semakin
meningkat terhadap teknologi IoT mendorong perlunya mengintegrasikan IoT ke
dalam kurikulum pendidikan kejuruan. Hal ini merupakan langkah yang tepat untuk
mempersiapkan generasi muda dengan keterampilan yang dibutuhkan di era digital.
integrasi IoT harus dilakukan secara hati-hati dan terencana dengan
melibatkan semua pihak terkait.Integrasi teknologi IoT dalam pendidikan
kejuruan merupakan langkah strategis untuk menghasilkan generasi muda yang
kompeten dan siap menghadapi tantangan industri di era digital. Dengan
perencanaan yang matang, kolaborasi yang kuat, dan kurikulum yang tepat,
pendidikan kejuruan dapat menjadi jembatan antara dunia pendidikan dan industri.
Dalam pendidikan vokasi, penggunaan
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (TI) dapat sangat bermanfaat.
Beberapa model pembelajaran berbasis TI yang dapat diterapkan cara efektif
untuk mendukung pembelajaran vokasi antara lain: Pembelajaran Berbasis
Proyek: Memungkinkan siswa untuk belajar melalui penerapan praktis dalam proyek
nyata yang relevan dengan bidang vokasi mereka. Teknologi informasi seperti
perangkat lunak desain, simulasi, atau analitik dapat digunakan untuk mendukung
pembelajaran ini. Pembelajaran Jarak Jauh atau Online: Dalam era
digital, pembelajaran online telah menjadi sangat umum. Siswa vokasi dapat
memanfaatkan platform pembelajaran online, webinar, atau materi belajar
interaktif untuk meningkatkan keterampilan mereka. Simulasi dan Virtual
Reality: Simulasi komputer dan realitas virtual dapat membantu siswa vokasi
untuk berlatih pada situasi atau lingkungan yang sulit atau berbahaya dalam
lingkup aman. Hal ini sangat berguna dalam bidang seperti teknik, kedokteran,
atau ilmu komputer.
Di era digital ini, keterampilan
teknologi informasi (IT) menjadi semakin penting bagi para siswa, terutama bagi
mereka yang menempuh pendidikan vokasi. Kemampuan menguasai teknologi tidak
hanya diperlukan untuk bekerja di bidang IT, tetapi juga di berbagai bidang
lain. Berikut adalah beberapa keterampilan IT yang dibutuhkan siswa SMK:1)
Keterampilan Dasar Penggunaan komputer: Memahami cara menggunakan
komputer, termasuk sistem perasi, perangkat lunak perkantoran, dan internet.
Keamanan siber: Memahami cara menjaga keamanan data dan perangkat dari ancaman
online. Pemecahan masalah: Mampu mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah terkait komputer dan perangkat lunak.
2) Keterampilan TeknisPemrograman:
Mempelajari dasar-dasar pemrograman, seperti Python, Java, atau C++, untuk
membangun aplikasi atau website sederhana.
Jaringan: Memahami konsep dasar jaringan komputer,
termasuk pemasangan dan konfigurasi jaringan. Keamanan jaringan:
Mempelajari cara mengamankan jaringan komputer dari serangan siber. Basis
data: Memahami konsep dasar basis data, seperti SQL, untuk mengelola data.
3. Keterampilan Terapan Desain grafis: Mampu menggunakan software desain
grafis seperti Adobe Photoshop atau Illustrator untuk membuat gambar, logo,
atau infografis.
Editing video: Mampu menggunakan software editing
video seperti Adobe Premiere Pro atau Final Cut Pro untuk membuat video.
Pemasaran digital: Memahami konsep dasar pemasaran digital, seperti SEO, SEM,
dan social media marketing, untuk mempromosikan produk atau layanan. Dengan
membekali diri dengan keterampilan IT yang mumpuni, lulusan SMK akan lebih siap
untuk memasuki dunia kerja dan bersaing di era digital.
Pembelajaran
vokasi bisa dikembangkan E-learning yang bagus.Ini merupakan bentuk teknologi
informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk maya. Melalui
e-learning belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Belajar mandiri berbasis kreativitas
peserta didik yang dilakukan melalui e-learning mendorong peserta didik untuk
melakukan analisa dan sintesa pengetahuan, menggali, mengolah, dan memanfaatkan
informasi, menghasilkan tulisan, informasi dan pengetahuan sendiri. Peserta
didik dirasang untuk melakukan eksplorasi ilmu pengetahuan. E-learning
dilakukan melalui jaringan internet, sehingga sumber belajar bukan hanya guru,
tetapi juga siapa saja yang ada diberbagai belahan dunia. Fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik untuk belajar melalui elearning diantaranya:
e-book, e-library, interaksi dengan pakar, email, mailling list, news group,
worl wide web (www), dan lain-lain. Situs-situs yang menyediakan e-learning
beberapa diantaranya yaitu: pendidikan.net, educasi.net, ilmu komputer,
fisika.net, fisikamu.net untuk fisika, cascadeimei untuk matematika, plasa.com,
pintar media.com dan banyak lagi situs lainnya. Pelaksanaan e-learning dapat
dilakukan oleh berbagai pihak. Perguruan tinggi dan sekolah diharapkan mampu
untuk menyelenggarakan e-learning sendiri. Secara sederhana e-learning dapat
dilaksanakan oleh guru dengan membuat situs sendiri atau situs sekolah yang
di-link dengan situs-situs yang berkaitan dengan pelajarannya. Situs
guru’sekolah dapat diisi dengan materi pelajaran yang dapat divisualisasikan,
tugas-tugas dan evaluasi.
Tantangan Pendayagunaan Teknologi
Informasi pada SMK
SMK dihadapkan pada berbagai tantangan dalam
memanfaatkan teknologi informasi (TI) secara efektif dalam proses belajar
mengajar. Berikut beberapa tantangan utama:1) Akses dan Infrastruktur:
Kesenjangan Digital: Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap
perangkat teknologi dan internet yang memadai, terutama di daerah pedesaan atau
terpencil. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan pendidikan dan membatasi
kesempatan belajar bagi siswa tertentu. Sarana Prasarana Terbatas:
Banyak sekolah masih kekurangan infrastruktur TI yang memadai, seperti
komputer, jaringan internet yang stabil, dan perangkat lunak yang relevan
dengan kebutuhan pembelajaran. Ketidakstabilan Listrik: Di beberapa
daerah, pasokan listrik yang tidak stabil dapat mengganggu proses belajar
mengajar yang berbasis teknologi. 2) Kompetensi Guru: Kurangnya Keterampilan
TI: Beberapa guru mungkin belum memiliki keterampilan yang memadai untuk
menggunakan teknologi dalam pembelajaran secara efektif. Hal ini dapat
menghambat integrasi TI dalam kurikulum dan metode pengajaran. Kebutuhan Pelatihan: Diperlukan pelatihan
berkelanjutan bagi guru untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan
berbagai teknologi pendidikan dan menerapkannya dalam praktik mengajar. Perubahan
Pola Pikir: Guru perlu beradaptasi dengan perubahan pola pikir dan budaya
belajar yang dibawa oleh teknologi, dan bersedia untuk terus belajar dan
mengembangkan keterampilan baru.3) Integrasi Kurikulum: Membuat
Konten Digital yang Relevan: Membutuhkan waktu dan usaha untuk mengembangkan
konten digital yang menarik, interaktif, dan sesuai dengan kurikulum SMK.
Penyesuaian Metode Mengajar: Guru perlu menyesuaikan metode mengajar
tradisional dengan pendekatan yang lebih berbasis teknologi, seperti
pembelajaran campuran (blended learning) atau pembelajaran berbasis proyek. Penilaian dan Evaluasi: Mengembangkan sistem
penilaian dan evaluasi yang efektif untuk mengukur pencapaian belajar siswa
dalam lingkungan pembelajaran berbasis teknologi. 4) Budaya dan
Kebijakan Sekolah: Dukungan Pimpinan Sekolah: Diperlukan komitmen dan
dukungan dari pimpinan sekolah untuk memprioritaskan pendayagunaan TI dalam
pendidikan dan mengalokasikan sumber daya yang memadai. Kebijakan yang
Mendukung: Sekolah perlu memiliki kebijakan yang jelas tentang penggunaan
teknologi, termasuk akses internet, keamanan siber, dan penggunaan perangkat
pribadi di sekolah. Keterlibatan Orang Tua: Orang tua perlu dilibatkan
dan diedukasi tentang manfaat dan potensi risiko penggunaan teknologi dalam
pendidikan, serta bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka dalam
belajar secara online.
Para
peneliti menemukan bahwa ada berbagai cara peserta didik dalam memproses
informasi belajar yang bersifat unik. Sebagian siswa lebih mudah memproses
informasi belajar secara visual, sebagian lain lebih mudah memproses informasi
melalui suara (auditorial), dan sebagian lain lebih mudah memproses informasi
belajar dengan cara melakukan sentuhan/praktek langsung atau kinestetik (Bobby
DePorter & Mike Hernacki, 1999). Efektifitas belajar sangat dipengaruhi
gaya belajar dan bagaimana cara belajar. Menurut Bobby DePorter (1999), 10%
informasi diserap dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30%
dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa
yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan kita lakukan. Sesuai
dengan hasil penelitian DePorter tersebut, komputer memenuhi persyaratan
sebagai media pembelajaran yang efektif, karena komputer mampu menyuguhkan
informasi yang berupa video, audio, teks, grafik, dan animasi, serta
penggunaannya melibatkan ketrampilan kinestetik.
Berikut
adalah beberapa tanggapan dan solusi yang mungkin dapat dipertimbangkan:1)
Penggunaan Sumber Daya Offline Memanfaatkan materi pembelajaran yang
dapat diakses secara offline adalah salah satu solusi. Guru dapat menyediakan
modul-modul dalam bentuk PDF, video yang dapat diunduh, atau aplikasi
pembelajaran yang tidak merlukan koneksi internet terus-menerus. 2)
Kerjasama dengan Pemerintah dan Swasta
Sekolah dapat menjajaki kerjasama dengan
pemerintah atau perusahaan swasta untuk mendapatkan subsidi atau bantuan
fasilitas TI. Program CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan
teknologi sering kali menyediakan perangkat keras dan lunak, serta akses
internet gratis untuk institusi pendidikan. 3) Peningkatan Infrastruktur
Sekolah. Mengupayakan peningkatan infrastruktur sekolah
melalui pengajuan dana bantuan atau hibah pendidikan dari pemerintah maupun
organisasi non-pemerintah. Prioritas dapat diberikan untuk meningkatkan akses
internet di sekolah sehingga siswa tidak perlu bergantung sepenuhnya pada paket
data pribadi. 4) Pemanfaatan Teknologi Hemat Data Menggunakan teknologi yang lebih hemat data
seperti aplikasi pembelajaran berbasis teks atau aplikasi yang dioptimalkan
untuk penggunaan data rendah dapat mengurangi biaya akses internet. Selain itu,
beberapa platform e-learning menyediakan mode offline yang dapat dimanfaatkan.5)
Pengembangan Konten. Lokal Mengembangkan dan menggunakan konten lokal
yang relevan dan dapat diakses tanpa internet juga dapat menjadi solusi.
Guru-guru dapat berkolaborasi untuk membuat materi pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum dan kondisi lokal. 6) Pendekatan Blended Learning.
Menggunakan pendekatan blended learning (kombinasi pembelajaran online dan
tatap muka) dapat mengurangi kebutuhan akses internet secara kontinu. Sesi
tatap muka dapat digunakan untuk memberikan materi yang membutuhkan akses
internet minimal. 7) Meningkatkan Kesadaran dan Pelatihan untuk Siswa dan
Orang Tua. Menyediakan pelatihan bagi siswa dan orang tua tentang cara
mengelola penggunaan internet dengan bijak, termasuk cara mengakses dan
menggunakan materi pembelajaran secara
efisien, dapat membantu mengurangi beban biaya internet.
Untuk
mengatasi permasalahan rendahnya kualitas dan efektifitas pendidikan di negara
kita, salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Kenapa
dipilih teknologi informasi sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan
kualitas pendidikan? Hal ini didasarkan pada fakta yang terjadi di
negara-negara maju bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggraraan
pendidikan terbukti mampu menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Berikut
merupakan sampel negara yang telah berhasil memanfaatan teknologi informasi
dalam bidang pendidikan.
Fakta di atas menunjukkan bahwa informasi yang
diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya
telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan.
Teknologi 4 interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan
mendasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi, dan aktifitas
siswa dari pasif menuju lebih aktif dan mandiri dalam mengakses pengetahuan
yang mutakhir. Oleh karena itu, sebaiknya setiap sistem pendidikan harus
bersifat moderat terhadap teknologi sehingga dapat meningkatkan kemampuan
mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dengan
demikian, teknologi informasi merupakan salah satu kunci untuk menuju model
sekolah masa depan yang lebih baik.
https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi
https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/9d18462daed4a78
https://smk.ppdb.cintakasihtzuchi.sch.id/
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/apa-saja-keterampilan-yang-harus-dimiliki-di-abad-ke-21-ini/
https://colab.research.google.com/drive/10nX4Rq10tITnCwvS9xsO452hx2ZkwuvC?usp=sharing
http://www.e-dukasi.net/artikel.php?id=30.com/)
Kumpulan materi diskusi kelompok dengan topik pendayagunaan tehnologi informasi (TI) dalam proses pembelajaran vokasi.
Komentar
Posting Komentar