EVALUASI PEMBELAJARAN VOKASI
Tugas Mata Kuliah Teori Dan Strategi Pendidikan
Portofolio Ke-12_Kartikaningsih_2308049030
EVALUASI PEMBELAJARAN VOKASI
Penilaian Berbasis Kompetensi (Pengertian
Dan Karakteristik)
Penilaian
adalah bagian dari cara untuk membuat orang belajar, sehingga penilaian harus
mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik dan bagi guru agar ia mengajar
yang lebih baik (Djemari Mardapi, 2007: 6). Penilaian dan pembelajaran adalah
proses yang saling mempengaruhi. Hasil penilaian dapat mengungkapkan
keberhasilan proses pembelajaran, artinya proses pembelajaran akan menentukan
keberhasilan penilaian. Sistem penilaian harus dapat mendorong pelaksanaan
proses pembelajaran yang lebih baik
Benjamin
S. Bloom (1979: 7) membagi aspek hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu
kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kawasan kognitif berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui pengetahuan dan keterampilan
intelektual, sedangkan kawasan afektif
berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melali minat,
perhatian, sikap serta nilai-nilai. Kedua kawasan tersebut melibatkan otak dan
perasaan, belum melibatkan otot atau kemampuan fisik. Baru pada kawasan yang
ketiga kekuatan fisik dilibatkan, oleh karena kawasan psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Penilaian
adalah suatu proses yang memerlukan pengumpulan bukti yang menjadi dasar untuk
memutuskan kemajuan atu prestasi peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran (Hawke, 1998: 224). Sementara itu, Miller (2008: 2) menyatakan
bahwa penilaian adalah istilah yang lebih luas dibandingkan dengan pengujian
dan proses umum yang meliputi pengumpulan, mensitesis, dan menafsirkan data
informal dan data formal. Selanjutnya, Finch (199: 271) menyatakan bahwa
penilaian sebagai penentuan manfaat atau nilai dari kurikulum (atau bagian dari
kurikulum itu). Hal ini termasuk mengumpulkan informasi untuk digunakan dalam
menilai manfaat kurikulum,program, atau material kurikulum.
Depdiknas (2007) memberikan rambu-rambu
kriteria penilaian kelas meliputi: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) fokus
pada kompetensi, (4) komprehensif, (5)
obyektif, dan (6) mendidik. Hal ini dipertegas lagi pada lampiran
Permendikbud no 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum dan pedoman
pembekajaran, bahwa karakteristik penilaian meliputi: (1) belajar tuntas, (2)
otentik, (3) berkesinambungan, (4) berdasarkan acuan kriteria, dan (5)
menggunakan teknik penilaian yang bervariasi, sedangkan teknik penilaiannya
dapat dilakukan dengan cara; (1) penilaian sikap, (e) penilaian tertulis, (4)
penilaian proyek, (5) penilaian produk, (6) menggunaan portofolio, dan (7)
penilaian diri. Dalam proses pembelajaran sistem penilaian yang digunakan
dipengaruhi oleh karakteristik kurikulum yang diterapkan oleh sekolah. Apabila
penyelenggaraan pembelajaran berbasis kompetensi, maka sistem penilaian hasil
belajar juga harus menerapkan penilaian yang bebasis kompetensi
(competency-based assessment).
Terdapat beberapa karakteristik penilaian
berbasis kompetensi yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan penilaian
berbasis kompetensi, karakteristik-karakteristik tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut. 1) Belajar Tuntas Hasil belajar pada kompetensi yang termasuk
ketegori pengetahuan dan ketrampilan, peserta didik tidak diperkenankan
mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yangt benar dan hasilnya baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar
tuntas adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan
yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu lebih lama untuk meteri
yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. 2) Otentik Memandang penilaian dan
pembelajaran secara terpadu. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia
nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap). Penilaian
otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi
lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Prisip-prinsip penilaian otentik; (a) proses penilaian merupakan bagian tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah,
(b) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan sesuasi pengalaman belajar, (c) penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap,
keterampilan, dan pengetahuan). 3) Berkesinambungan Tujuannya adalah untuk
mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta
didik, memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk
penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan
harian, ulangan tengah smester, ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan
kelas). 4). Berdasarkan Acuan Kriteria Kemampuan peserta didik tidak
dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang
ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan
masing-masing. 5) Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi Teknik penilaian
yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,
proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
Strategi
Penilaian Hasil Pembelajaran Vokasi (Metode, Teknik dan Intrumen Penilaian)
Penilaian hasil belajar (PHB) pada pendidikan vokasi memiliki
karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum. Hal ini dikarenakan
pendidikan vokasi lebih menekankan pada aspek keterampilan dan keahlian yang
siap pakai di dunia kerja. Oleh karena itu, strategi PHB pada pendidikan vokasi
harus dirancang secara komprehensif dan berorientasi pada kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia kerja.Strategi PHB pada pendidikan vokasi harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu:1) Otentik: Penilaian harus
mencerminkan situasi dan kondisi yang sebenarnya di dunia kerja. 2)
Berbasis kinerja: Penilaian harus mengukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan
tugas-tugas yang sesuai dengan kompetensi yang ipelajari. 3)
Berkelanjutan: Penilaian harus dilakukan secara berkelanjutan throughout the
entire learning process. 4) Melibatkan berbagai pihak: Penilaian harus
melibatkan berbagai pihak, seperti dosen, praktisi industri, dan mahasiswa.
Metode PenilaianBeberapa metode penilaian yang dapat digunakan dalam
pendidikan vokasi, antara lain: 1) Penilaian berbasis portofolio:
Penilaian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menilai berbagai hasil karya
mahasiswa, seperti laporan praktikum, proyek, dan karya seni. 2)
Penilaian berbasis kinerja: Penilaian ini dilakukan dengan mengamati dan
menilai kinerja mahasiswa dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan
kompetensi yang dipelajari. 3) Penilaian berbasis tes: Penilaian ini
dilakukan dengan memberikan tes kepada mahasiswa untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.Teknik Penilaian Beberapa
teknik penilaian yang dapat digunakan dalam pendidikan vokasi, antara lain:
1) Observasi: Teknik ini dilakukan dengan mengamati perilaku mahasiswa selama
proses pembelajaran. 2. Penilaian diri: Teknik ini dilakukan dengan
meminta mahasiswa untuk menilai diri mereka sendiri berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan.3) Penilaian
teman sebaya: Teknik ini dilakukan dengan meminta mahasiswa untuk menilai teman
sebaya mereka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 4) Uji
praktikum: Teknik ini dilakukan dengan memberikan tugas praktikum kepada mahasiswa
untuk mengukur kemampuan mereka dalam menerapkan teori yang telah dipelajari.
Instrumen PenilaianBeberapa instrumen penilaian yang dapat digunakan
dalam pendidikan vokasi, antara lain: 1) Rubrik penilaian: Rubrik
penilaian adalah tabel yang berisi kriteriapenilaian dan skor untuk setiap
kriteria.2) Daftar periksa: Daftar periksa adalah daftar yang berisi
poin-poin yang harus diamati dan dinilai.3) Pedoman penilaian: Pedoman
penilaian adalah dokumen yang berisi panduan untuk melakukan penilaian.
Berikut adalah
langkah-langkah umum dalam penyusunan instrumen penilaian:
1. Menentukan Tujuan Penilaian
Langkah pertama adalah menentukan tujuan
penilaian. Tujuan penilaian harus jelas dan terukur. Tujuan penilaian dapat
berupa: 1) Mengukur pencapaian kompetensi dasar (KD) 2) Mengetahui kemajuan
belajar peserta didik. 3)Mengidentifikasi peserta didik yang membutuhkan
bantuan. 4) Memberikan umpan balik kepada peserta didik. 5) Meningkatkan mutu
pembelajaran.
2. Menganalisis KD.
Langkah kedua adalah menganalisis KD yang akan dinilai.
Analisis KD dilakukan untuk mengidentifikasi indikator penilaian. Indikator
penilaian adalah rumusan yang menggambarkan karakteristik pencapaian KD.
3. Memilih Jenis Instrumen Penilaian.Langkah
ketiga adalah memilih jenis instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan dan
indikator penilaian. Jenis instrumen penilaian dapat berupa: 1)Tes:
Tes adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik melalui serangkaian pertanyaan atau tugas yang
harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas. Tes dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, seperti tes objektif, tes lisan, dan tes tulis. 2) Non-tes: Non-tes
adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek lain dari
peserta didik selain kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, seperti sikap,
minat, dan bakat. Non-tes dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti
observasi, wawancara, dan angket.
4. Menyusun Kisi-kisi Penilaian.
Kisi-kisi penilaian adalah tabel yang berisi
rancangan jenis dan jumlah soal yang akan dibuat. Kisi-kisi penilaian harus
disusun berdasarkan KD dan indikator penilaian yang telah diidentifikasi.
5. Menyusun Item/Naskah Soal Item/naskah soal
adalah pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh peserta
didik. Item/naskah soal harus disusun berdasarkan kisi-kisi penilaian.
7. Merevisi Instrumen Penilaian Instrumen
penilaian direvisi berdasarkan hasil uji coba. Revisi instrumen penilaian dapat
berupa mengubah item/naskah soal, menambah atau mengurangi item/naskah soal, dan
lain sebagainya.
9. Menindaklanjuti Hasil Penilaian Hasil
penilaian ditindaklanjuti dengan memberikan umpan balik kepada peserta didik,
guru, dan pihak-pihak terkait. Umpan balik digunakan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Secara umum,
instrumen penilaian dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:1) Tes: Tes
adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik melalui serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus
diselesaikan dalam waktu yang terbatas. Tes dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, seperti tes objektif, tes lisan, dan tes tulis.2) Non-tes: Non-tes
adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek lain dari
peserta didik selain kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, seperti sikap,
minat, dan bakat. Non-tes dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti
observasi, wawancara, dan angket.
Dalam mengembangkan instrumen penilaian, penting untuk merujuk pada
sumber-sumber yang terpercaya dan relevan. Berikut adalah beberapa referensi
yang dapat digunakan: 1) Standar Kurikulum: Standar kurikulum memuat kompetensi
dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Instrumen penilaian harus
dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar tersebut. 2) Pedoman Penilaian:
Pedoman penilaian memuat petunjuk dan arah dalam mengembangkan instrumen
penilaian. Pedoman ini biasanya diterbitkan oleh pemerintah atau lembaga
pendidikan yang berwenang. 3) Hasil Penelitian: Hasil penelitian dapat
memberikan informasi tentang instrumen penilaian yang efektif dan efisien. 4)Buku-buku
dan Jurnal: Buku-buku dan jurnal tentang penilaian dapat memberikan informasi
tentang teori dan praktik penilaian yang terkini. 5) Website: Website lembaga
pendidikan, organisasi profesi, dan lembaga penelitian dapat menyediakan
informasi tentang instrumen penilaian.
Peraturan Tentang Penilaian Hasil
Pembelajaran Vokasi di Indonesia Di Indonesia, terdapat beberapa
peraturan yang mengatur tentang penilaian hasil pembelajaran vokasi. Berikut
adalah beberapa peraturan yang paling penting: 1) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang ini mengatur
tentang prinsip-prinsip penilaian hasil belajar, termasuk penilaian dalam
pendidikan vokasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Valid: Penilaian
harus mengukur apa yang seharusnya diukur. 2) Reliabel: Penilaian harus
menghasilkan hasil yang konsisten dan stabil. 3) Objektif: Penilaian
harus bebas dari pengaruh subjektivitas penilai. 4) Adil: Penilaian
harus adil bagi semua peserta didik. 5) Terpadu: Penilaian harus terpadu
dengan proses pembelajaran. 6) Berkelanjutan: Penilaian harus dilakukan
secara berkelanjutan.2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2019 tentang
Pendidikan Vokasi Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang
penyelenggaraan pendidikan vokasi, termasuk penilaian hasil belajar. Peraturan
ini menetapkan bahwa penilaian hasil belajar pendidikan vokasi harus dilakukan
secara berkelanjutan, autentik, dan berbasis kompetensi.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan
Pemerintah Peraturan Menteri ini mengatur tentang pelaksanaan penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Peraturan ini menetapkan
bahwa penilaian hasil belajar harus dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel. 4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 3 Tahun
2022 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Peraturan Menteri ini
mengatur tentang standar nasional pendidikan tinggi, termasuk standar penilaian
hasil belajar. Peraturan ini menetapkan bahwa penilaian hasil belajar harus
dilakukan secara holistik, berimbang, dan berkelanjutan. 5. Panduan Penyelenggaraan
Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Vokasi
Panduan ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Panduan ini berisi panduan bagi penyelenggara pendidikan vokasi dalam melaksanakan
penilaian hasil belajar.
Penilaian hasil pembelajaran vokasi
memegang peranan penting dalam memastikan kualitas lulusan yang kompeten dan
siap kerja. Berbeda dengan penilaian pada pendidikan umum, penilaian vokasi
lebih menekankan pada pengukuran keterampilan dan kemampuan peserta didik dalam
menerapkan pengetahuannya di dunia kerja. Berikut adalah beberapa
strategi penilaian hasil pembelajaran vokasi yang efektif:
1.
Pendekatan
Berbasis Kompetensi Penilaian vokasi harus berfokus pada pengukuran
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi ini
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan peserta didik
untuk bekerja di bidang vokasi tertentu.
2. Penggunaan
Berbagai Metode Penilaian Penilaian vokasi tidak boleh hanya menggunakan
satu metode penilaian, melainkan harus menggunakan kombinasi berbagai metode
untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang kemampuan peserta didik.
Beberapa metode penilaian yang dapat digunakan dalam vokasi adalah: Tes:
Tes dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman peserta didik
tentang materi pelajaran. Praktikum: Praktikum digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuannya dalam situasi yang
nyata.Penilaian kinerja: Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Portofolio:
Portofolio digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti prestasi peserta didik
selama proses pembelajaran.
3.
Pemilihan
Teknik Penilaian yang Tepat Setiap metode penilaian memiliki berbagai
teknik penilaian yang dapat digunakan. Pemilihan teknik penilaian yang tepat harus
disesuaikan dengan tujuan penilaian dan karakteristik kompetensi yang akan
diukur.
4. Pengembangan
Instrumen Penilaian yang Valid dan Reliabel Instrumen penilaian adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Instrumen penilaian
harus valid, yaitu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliabel,
yaitu menghasilkan hasil yang konsisten dan stabil.
5. Penilaian
yang Berkelanjutan Penilaian vokasi tidak hanya dilakukan pada akhir
pembelajaran, tetapi harus dilakukan secara berkelanjutan selama proses
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik
dan memberikan umpan balik yang tepat waktu.
6. Penilaian
yang Otentik Penilaian vokasi harus dilakukan dalam konteks yang
autentik, yaitu konteks yang mencerminkan situasi kerja yang sebenarnya. Hal
ini bertujuan untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kemampuan yang
dibutuhkan untuk bekerja di dunia nyata.
7. Penilaian
yang Berorientasi pada Pembelajaran Penilaian vokasi harus digunakan
untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik. Hasil penilaian harus digunakan
untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik dan guru, serta untuk
memperbaiki proses pembelajaran. 8. Melibatkan Berbagai Pihak Penilaian
vokasi harus melibatkan berbagai pihak, seperti guru, pembimbing praktik, dan
dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
penilaian yang objektif dan komprehensif.
Penilaian hasil belajar (PHB) dalam
pendidikan vokasi memiliki peran penting untuk mengukur pencapaian kompetensi
mahasiswa. Strategi PHB yang efektif dapat membantu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap kerja.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas
strategi PHB vokasi:
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran: Strategi
PHB harus selaras dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini
berarti bahwa metode, teknik, dan instrumen penilaian yang digunakan harus
mampu mengukur semua aspek kompetensi yang ingin dipelajari oleh mahasiswa.
1.
Keterkaitan
dengan dunia kerja: PHB vokasi harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Hal
ini berarti bahwa metode, teknik, dan instrumen penilaian yang digunakan harus
mencerminkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh industri.
2. Objektivitas
dan reliabilitas: Penilaian harus dilakukan secara objektif dan reliabel,
sehingga hasilnya dapat dipercaya dan akurat. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan metode dan instrumen penilaian yang terstandarisasi dan melibatkan
berbagai pihak dalam proses penilaian.
3. Keberagaman
metode dan teknik: Penggunaan berbagai metode dan teknik penilaian dapat
membantu memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa.
Hal ini dapat mencakup penilaian tertulis, penilaian praktik, penilaian
kinerja, dan penilaian portofolio.
4.
Keterlibatan
siswa: Siswa harus dilibatkan dalam proses penilaian untuk meningkatkan
motivasi dan rasa tanggung jawab mereka terhadap pembelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan melibatkan mereka dalam penyusunan kriteria penilaian dan
memberikan kesempatan bagi mereka untuk memberikan umpan balik terhadap hasil
penilaian.
Penilaian praktik adalah penilaian
yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian praktik adalah
kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas. Penilaian
praktek lebih mengacu kepada skiil nyata secara langsung dari peserta didik untuk
mendapatkan gambaran capaian dari pengetahuan yang diperolehnya. Penilaian praktek
adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dengan demi-kian, aspek yang dinilai
dalam penilaian praktek adalah kualitas proses menger-jakan/melakukan suatu tugas.
Penilaian praktek bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik mende-monstrasikan
keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan. Dengan demi-kian, aspek
yang dinilai dalam penilaian praktek adalah kualitas proses menger-jakan/melakukan suatu tugas. Penilaian
praktek bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik mende-monstrasikan
keterampilannya dalam melakukan suatu kegiatan. Penilaian praktek lebih otentik
dari pada penilaian paper and pencil karena bentuk-ben-tuk tugasnya lebih mencerminkan
kemampuan yang diperlukan dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Bloom (1979:
7) membedakan aspek hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif,
afektif, dan psikomotor. Kawasan kognitif berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui pengetahuan dan keterampilan intelektual, sedangkan
kawasan afektif berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
minat, perhatian, sikap, serta nilai-nilai. Pada kawasan psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kemampuan fisik.
Hasil belajar keterampilan dapat diukur
dengan cara (a) pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku peserta didik
pada waktu proses belajar berlangsung, (b) sesudah mengikuti pembelajaran
praktik dengan jalan memberikan test kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan keterampilan serta sikapnya, (c) beberapa waktu sesudah
pembelajaran praktik selesai, misalnya penilaian dari kebersihan peserta didik
dalam pekerjaan (kondisi tempat kerja, alat-alat, mesin-mesin setelah
digunakan). Menurut Leighbody (1968) keterampilan praktik dapat diukur dari
beberapa hal berikut: 1)Kualitas pekerjaan, hal ini dapat diukur
dari ketelitian, kecepatan menyelesaikan pekerjaan, dan hasil pekerjaannya.2) Keterampilan
meggunakan
alat dan mesin-mesin, hal ini dapat dikur dari effisiensi, ketepatan
menggunakan alat, menjaga keselamatan kerja alat dan mesin. 3) Kemampuan
menganalisis pekerjaan dan perencanaan langkah-langkah mulai dari saat
dikerjakan sampai selesai.4) Kemampuan menggunakan formasi untuk
pertimbangan dalam bekerja.5)Kemampuan
membaca diagram,
gambar-gambar, simbul-simbul teknik
dan penggunaan buku manual
Penilaian hasil belajar (PHB)
praktik merupakan bagian penting dalam pendidikan vokasi untuk mengukur
pencapaian kompetensi mahasiswa dalam menerapkan teori di dunia nyata. Strategi
PHB praktik yang efektif dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan
menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap kerja. Berikut beberapa
strategi PHB praktik yang efektif:
1. Menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan
terukur:Tujuan pembelajaran harus mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan Vokasi (SNPV) dan Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNS).
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas,
terukur, dan dapat dicapai.2. Memilih metode penilaian yang tepat:Metode
penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi
praktik. Beberapa metode penilaian yang dapat digunakan untuk praktik,
antara lain:
a. Observasi: Penilaian dilakukan dengan mengamati
secara langsung kinerja mahasiswa selama praktik.
b. Penilaian kinerja: Penilaian dilakukan dengan
menilai hasil kerja siswa, seperti produk, laporan, atau presentasi.
c. Penilaian portofolio: Penilaian dilakukan
dengan menilai kumpulan karya mahasiswa selama praktik.
Berikut adalah beberapa model
penilaian belajar praktek yang umum digunakan:
1. Penilaian Observasi: Penilaian ini dilakukan dengan mengamati secara
langsung proses dan hasil praktek peserta didik. Aspek yang diamati meliputi: Keterampilan:
Kemampuan peserta didik dalam melakukan praktek sesuai dengan prosedur dan
langkah-langkah yang benar.
- Kemandirian: Kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan praktek tanpa bantuan
orang lain.
- Ketelitian: Kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan praktek dengan cermat dan teliti.
- Ketepatan waktu: Kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan praktek dalam waktu yang ditentukan.
- Keamanan: Kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan praktek dengan aman dan tidak membahayakan diri
sendiri maupun orang lain.
2. Penilaian Portofolio: Penilaian
ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menilai hasil karya peserta didik yang
diperoleh dari kegiatan praktek. Aspek yang dinilai meliputi:
- Kualitas hasil karya:
Kesesuaian hasil karya dengan tujuan praktek dan tingkat kerapihannya.
- Kreativitas: Kemampuan peserta
didik dalam menuangkan ide-idenya dalam hasil karya.
- Kemampuan pemecahan masalah:
Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi selama
praktek.
- Kemampuan peserta didik dalam menjelaskan tujuan, proses, dan hasil praktek dengan jelas.
- Ketepatan: Kesesuaian
penjelasan peserta didik dengan materi praktek.
- Kemampuan komunikasi: Kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan penjelasannya dengan baik dan menarik.
4. Penilaian Tes: Penilaian
ini dilakukan dengan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur tingkat
penguasaan materi praktek. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, atau tes
praktek.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi
https://wisatasekolah.com/kekurangan-dan-kelebihan-kurikulum-2013/
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Republik Indonesia:https://www.kemdikbud.go.id/
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP): https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Standar_Nasional_Pendidikan
Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik):
https://pusmendik.kemdikbud.go.id/
Lembaga Penilaian Pendidikan (LPP): Jurnal
Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta: https://journal.uny.ac.id/
Jurnal Pendidikan Teknik Universitas Negeri
Surabaya: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-mesin
https://media.neliti.com/media/publications/297816-penerapan-model-pembelajaran-kooperatif-31e81ea2.pdf
https://jurnal.ittc.web.id/index.php/jpdsk/article/download/17/22
https://id.scribd.com/document/335272232/Rubrik-Penilaian-Praktik-Pembelajaran
Hasil Diskusi Kelompok dengan
Tema : Evaluasi
Pembelajaran Vokasi
Komentar
Posting Komentar